Pragmatik dan Aspek
Pragmatika adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Ilmu ini mempelajari bagaimana penyampaian makna tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik (tata bahasa, leksikon, dll) dari pembicara dan pendengar, tapi juga dari konteks penuturan, pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam pembicaraan, maksud tersirat dari pembicara.
(wikipedia)
Sehubungan dengan istilah pragmatik ini akan banyak ditemukan definisi atau pengertiannya. Berikut teori-teori tentang pragmatik dari beberapa ahli; Ketika membicarakan pragmatik tentu tidak akan lepas dari teori tentang kebahasaan Menurut E. Casser dalam philosophy of Symbolic Forms, bahwa teori kebahasaan dibagi menjadi tiga cabang, yaitu
(1) semantik, berhubungan dengan makna-makna tanda bahasa,
(2) sintaktik, berhubungan dengan kombinasi tanda-tanda,
(3) pragmatik, berhubungan dengan asal-usul, pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-tanda itu dalam tingkah laku dimana mereka berada (fungsi tanda itu).
George Yule sendiri juga mendefinisikan pragmatik menjadi empat bagian.
1.Pragmatik sebagai studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar/atau pembaca (Pragmatics is the study of speaker meaning)
.2.Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual (Pragmatics is the study of contextual meaning), dimana melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Dalam hal ini diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa.
3.Pragmatik merupakan studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan atau bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur (Pragmatics is the study of how more gets communicated than is said). Jenis studi ini menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa studi ini adalah studi pencarian makna yang tersamar.
4.Pragmatik merupakan studi tentang ungkapan dari jarak hubungan, yaitu seberapa dekat atau jauh jarak pendengar (Pragmatics is the study of the expression of relative distance). Penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan. Jarak hubungan di sini merupakan jarak keakraban, baik keakraban fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama.
Sementara itu Levinson dalam bukunya Pragmatics mendefinisikan bahwa pragmatik adalah penelitian atau kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan atau menyesuaikan kalimat-kalimat yang dipakai dengan konteksnya. Pragmatik juga merupakan sebuah kajian atau penelitian di bidang deiksis, implikatur, praanggapan, penuturan atau tindak bahasa, dalam struktur wacana.Menurut Morris, kajian tentang pragmatik merupakan bagian dari teori semiotik, hal ini disebabkan karena pragmatik berhubungan langsung dengan tingkah laku pemakai bahasa, yakni antara penutur dan lawan tutur. Walaupun pragmatik selalu berhubungan dengan semantik, karena tingkah laku itu efek dari pemahaman terhadap makna, tetapi pragmatik lebih mengedepankan aktualisasi dari suatu teks bahasa. Dari serangkaian definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa pragmatik mempunyai cakupan arti yang luas; tidak hanya studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur, tetapi juga studi tentang penggunaan bahasa dalam sehari-hari berdasarkan konteksnya.
Aspek-Aspek Pragmatik
Di dalam pragmatik terdapat beberapa aspek terpenting yang hanya diungkapkan oleh Peter Grundy melalui teorinya yaitu ada beberapa keutamaan, yang merupakan hal terpenting dalam pragmatik. Yaitu :
1. Ketepatan (Appropriacy)
Dalam hal ini diperlukan ketepatan antara ucapan si penutur dengan situasi yang sedang ia hadapi, dan orang yang ia tuju.Contoh:
(Pada saat ta’ziah di rumah teman)A: (dengan suara pelan) nanti dikuburkan jam berapa ?
B: Jam 04:00 sore2.
2. Makna Secara Tak Langsung (Non-literal or indirect meaning) Tidak semua makna yang dikehendaki penutur disampaikan lewat ujarannya secara harfiah. Terkadang makna harfiah sangat jauh kedudukannya dengan makna tak langsung. Pada kenyataannya, makna tak langsung juga merupakan jenis bahasa yang digunakan dalam dunia nyata, sedangkan makna harfiah hanya merupakan satu aspek makna yang disampaikan dalam sebuah ujaran.
3.Kesimpulan (Inference)
Di dalam suatu percakapan, terkadang timbul satu pertanyaan tentang bagaimana kita mendapatkan makna secara harfiah (contohnya percakapan panjang) dan memahami makna tak langsung (contohnya pertentangan) dari serangkaian kata-kata yang muncul. Pada kenyataannya kita harus menarik benang merah atau menarik kesimpulan sebagai apa yang dimaksudkan oleh penutur. Terkadang kesimpulan yang dihasilkan cukup dramatis dan lebih menarik dibandingkan makna harfiah itu sendiri. Dalam hal ini, setiap ujaran terlihat seperti mengundang suatu kesimpulan.
4.Tidak dapat ditentukan (Indeterminacy)
Beberapa makna yang dijadikan bahan untuk suatu kesimpulan mempunyai satu konsekwensi yang penting. Dalam beberapa hal, terkadang ujaran yang kita dengar tidak jelas, atau istilahnya dalam linguistik yaitu: ‘under-determined’ (di bawah ketentuan). Kesimpulan yang kita tarik menentukan apakah makna yang mungkin merupakan suatu pemikiran yang dimaksud oleh penutur. Suatu konteks dalam hal ini juga dapat membantu kita untuk menentukan makna, dan dengan mengetahui siapa penutur, kita juga dapat menentukan apa yang penutur maksudkan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pragmatik merupakan bagian yang mempelajari cara untuk menilai kemampuan kita secara sistematis dalam menentukan maksud penutur bahkan ketika ujaran-ujarannya secara dramatis berada di bawah ketentuan (Under determined).
5. Konteks (Context)
Hubungan antara konteks dan bahasa merupakan hal utama dalam pragmatik, karena seorang pragmatis tertarik akan makna suatu ujaran. Mereka juga tertarik akan konteks yang ada dalam ujaran, sejak itu, seperti yang semua orang tahu, konteks dapat membantu dalam menentukan makna yang dimaksudkan penutur untuk pendengar. Pemahaman konteks sangat diperlukan dalam analisis pragmatik. Mengapa? Bertolak dari pemahaman konteks inilah satuan-satuan bahasa dalam suatu tuturan dapat dijelaskan. Konteks ialah segala aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Mengartikan konteks sebagai pengetahuan latar belakang tuturan yang sama-sama dimiliki baik oleh penutur maupun oleh petutur dan yang membantu petutur menafsirkan makna tuturan. Dengan demikian, konteks dapat mengacu pada tuturan sebelum dan sesudah tuturan yang petutur dimaksud, mengacu kepada keadaan sekitar yang berkaitan dengan kebiasaan partisipan, adat istiadat, dan budaya masyarakat. Konteks pun dapat mengacu pada kondisi fisik, mental, serta pengetahuan yang ada di benak penutur maupun petutur. Unsur waktu dan tempat terkait erat dengan hal-hal tersebut.
6.Hubungan (Relevance)
Hubungan (Relevance) sangat dibutuhkan untuk memahami makna ujaran. Hal itu dikarenakan adanya mekanisme yang memungkinkan setiap orang untuk memeriksa apakah dia telah mencapai pemahaman yang paling relevan. Relevance telah dilihat oleh Sperber dan Wilson (1995) sebagai prinsip terpenting suatu laporan untuk mengetahui cara seseorang memahami bahasa.
7. Refleksivitas (Reflexivity)
Seringkali ketika sedang berbicara, ada satu fikiran bahwa bagaimana ujaran si penutur bisa cocok dalam suatu percakapan secara keseluruhan atau bagaimana penutur ingin dimengerti. Ketika penutur memberitahu pendengar betapa mereka ingin agar pendengar dapat memahami apa yang mereka ucapkan, mereka membuat gugus pemahaman lebih mudah.
(blog lain)
Comments
Post a Comment