KAJIAN FILSAFAT ONTOLOGI (SOSIOLINGUISTIK)
ILMU
SOSIOLINGUISTIK
(KAJIAN
FILSAFAT ONTOLOGI)
Pendahuluan
Linguistik
adalah bidang ilmu yang mengkaji bahasa secara ilmiah. Kajian tentang bahasa
sudah dimulai sejak zaman Yunani Kuno dengan mempertanyakan apa itu bahasa dan
apa hakikat bahasa. Seiring perkembangan zaman, pada abad 19 sudut pandang
kajiannya adalah mengkaji asal bahasa sedangkan mulai abad 20, kajian
linguistik muncul sebagai kajian ilmu yang ilmiah dan mandiri dengan tokohnya
De Saussure yang memperkenalkan tiga istilah penting yaitu Langue, Parole dan
Langage.
Berdasarkan sifat kajiannya, ilmu linguistik
meliputi kajian linguistik mikro dan linguistik makro. Linguistik mikro
mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau
struktur internal suatu bahasa pada umumnya. Morfologi dan sintaksis dalam
peristilahan tata bahasa tradisional biasanya berada dalam satu bidang yaitu
gramatika atau tata bahasa. Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang
bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual. Studi linguistik mikro ini
sesungguhnya merupakan studi dasar linguistik sebab yang dipelajari adalah
struktur internal bahasa itu.
Sedangkan
linguistik makro, yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Kajian linguistik makro ini telah berkembang
karena fakta bahwa bahasa tidak dapat muncul dengan sendirinya melainkan ada
banyak faktor-faktor lain yang memengaruhinya Subdisiplin linguistik makro bisa bersifat teoretis
maupun bersifat terapan salah satunya
adalah ilmu sosiolinguistik. Ilmu Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara
sosiologi dan linguistic yang
mengkaji
penggunaan bahasa dalam masyarakat khususnya perbedaan-perbedaan variasi yang
terdapat dalam bahasa yang berkaitan
dengan kemasyarakatan atau sosial.
Semua kajian disiplin ilmu linguistik baik mikro maupun
makro memiliki hakikat ilmu yang membedakan antara satu kajian dengan kajian
lainnya. Untuk menemukan sebuah hakikat suatu ilmu, perlu adanya pendekatan
filsafat ontologis. Kajian ontologis adalah kajian filsafat ilmu
yang berfokus dalam pencarian hakikat sebuah realitas. Maka, dari paparan tersebut, makalah ini akan
membahas tentang “Ilmu Sosiolinguistik: Kajian Filsafat Ontologi”
Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pendahuluan diatas, ilmu sosiolinguistik yang dikaji dari
pandangan filsafat ontologi terdiri dari beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Apa
pengertian ilmu Sosiolinguistik?
2. Apa pokok bahasan ilmu Sosiolinguistik?
3. Apa
objek material dan objek formal ilmu Sosiolinguistik?
4. Apa
hakikat Ilmu Sosiolinguistik ?
Pembahasan
A.
Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji
hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian
kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah
komunikasi yang alami. Sosiolinguistik juga menyangkut individu sebab unsur
yang sering terlihat melibatkan individu sebagai akibat dari fungsi individu
sebagai makhluk sosial. Hal itu merupakan peluang bagi linguistik yang bersifat
sosial untuk melibatkan diri dengan pengaruh masyarakat terhadap bahasa dan pengaruh
bahasa pada fungsi dan perkembangan masyarakat sebagai akibat timbal-balik dari
unsur-unsur sosial dalam aspek-aspek yang berbeda, yaitu sinkronis, diakronis,
prospektif — yang dapat terjadi– dan perbandingan. Hal tersebut memungkinkan
sosiolinguistik membentuk landasan teoretis cabang-cabang linguistik seperti:
linguistik umum, sosiolinguistik bandingan, antarlinguistik dan sosiolinguistik
dalam arti sempit (sosiolinguistik yang konkret) (Deseriev, 1977:341-363).
Istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver
C. Curie dalam sebuah artikel yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection
of Sociolinguistics: the relationship of speech to social status” yang
isinya tentang masalah yang berhubungan dengan ragam bahasa seseorang dengan
status sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau
kedudukannya dalam masyarakat cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda
pula.
Seiring perkembangan ilmunya, beberapa ahli telah merumuskan beberapa
pengertian sosiolinguistik, diantaranya:
1.
Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa
intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam
masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam
masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari
bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu
antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa
itu di dalam masyarakat.
2.
Sumarsono (2007:2) mendefinisikan
Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan
pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu.
3.
Rafiek (2005:1) mendefinisikan
sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam pelaksanaannya itu
bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana konvensi-konvensi tcntang
relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain tcntang perilaku social.
4.
Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan
sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial
yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang berperan dalam pergaulan.
5.
Wijana (2006:7) berpendapat bahwa
sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan
kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam
masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang pada satu kenyalaan bahwa
dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi
sebagai masyarakat sosial.
6.
Fishman. Ia memberikan defini
sosiolinguistik sebagai “the study of the characteristics of language
varities, the characteristics of their functions, and the characteristics of
their speakers as these three constantly interact, change, and change one
another within a speech community.”
7.
Nababan, mengatakan bahwa
sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.
8. Wikipedia,
Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa
berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku
berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu
dengan yang lain.
9.
Fasold (1993: ix)
mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik tergantung dari dua kenyataan. Pertama,
bahasa bervariasi yang menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi para pemakai
bahasa. Kedua, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan
informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sosiolinguistik adalah adalah ilmu yang
mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para
pengguna bahasa dengan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat
bahasa.
B.
Pokok Bahasan Ilmu Sosiolinguistik
Dalam
kajian ilmu sosiolinguistik terdapat beberapa pokok bahasan antara lain (1).
Bahasa, Dialek dan Ragam Bahasa, (2). Masyarakat Bahasa, (3). Bilingualisme dan
Multilingualisme, (4). Penggunaan bahasa, (5). Perencanaan Bahasa, (6). Bahasa
dan Budaya. Penjelasan lebih lanjut diuraikan di bawah ini:
Pertama, Bahasa, Dialek dan Ragam Bahasa.
Setiap penutur bahasa akan selalu berbahasa dengan satu aksen. Dengan demikian
tidak bisa dikatakan bahwa seorang penutur memilki aksen, sedangkan penutur
lain tidak memilki aksen. Aksen dibatasi pada deskripsi aspek-aspek ucapan yang
dapat menunujukkan dari mana penutur bahsa berasal, baik secara regional
ataupun sosial. (Chaika, 1982:132). Aksen berbeda dengan dialek Dialek mengacu
ke semua perbedaan antara variasi bahasa yang satu dengan yang lain mencakup
penggunaan tata bahasa, kosakata, maupun aspek-aspek ucapan. Dialog juga dapat
dibedakan menurut wilayah (dialek regional), menurut faktor-faktor
kemasyarakatan (dilek sosial) dan waktu pemakaian dialek (dialek temporal).
(Cahyono, 1995:387)
Kedua, Masyarakat Bahasa. Yang dimaksud dengan masyarakat bahasa
adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang yang sama (Chaer,
1994:60). Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa pada merasa
menggunakan bahasa yang sama, maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas
atau menjadi sempit. Masyarakat bahasa bisa melewati batas propinsi, batas
Negara bahkan juga batas benua.
Ketiga, Bilingualisme dan
Multilingualisme. Kedwibahasaan (bilingualism)
mengacu ke pemakaian bahasa lebih dari satu bahasa oleh seseorang, kelompok
atau negara. Di dalam konsep kedwibahassan itu tercakup konsep kemultibahasaan
(multilingualism) dalam scala kecil
(micro-level) yang menyangkut
individu atau kelompok kecil, dan dalam skala besar (macro-level) yang menyangkut
masyarakat atau negara. Dalam kedwibahsaan berskala kecil terdapat seseorang
yang menguasai dua bahasa (bilingual)
atau lebih dari dua bahasa (multilingual).
Dalam kedwibahasaan berskala besar terdapat masyarakat atau negara yang memakai
satu bahasa atau monoglosia (monoglossic),
dua bahasa (diglossic), dan
lebih dari dua bahasa atau poliglosia (polyglossic),
Keempat, Penggunaan Bahasa (Etnografi
Bahasa). Adanya berbagai macam dialek dan ragam bahasa menimbulkan masalah,
bagaimana kita harus menggunakan bahasa itu dalam masyarakat. Seorang pakar
sosiolinguistik yang bernama Hmes mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan
menggunakan bahasa harus memperhatikan delapn unsure yang diakronimkan menjadi
SPEAKING. (Chaer, 1994: 63). Kedelapan hal tersebut adalah: (1) Setting and Scene ( berkenaan
dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan), (2) Participants (orang yang terlibat dalam percakapan),
(3) Ends (maksud dan
hasil percakapan), (4) Act
Sequences (bentuk dan isi percakapan), (5) Key (Cara dan semangat dalam
melakukan percakapan), (6) Instrumentalities
(Jalur percakapan), (7) Norms
(norma prilaku peserta percakapan), dan (8) Genres
(ragam bahsa yang digunakan).
Kelima, Perencanaan Bahasa. Pembakuan
bahasa merupakan salah satu bentuk kerangka perencanaan bahasa yang bisa
dilakukan oleh badan pemerintah yang resmi atau organisasi swasta. Bahasa baku
adalah variasi bahasa yang menjadi dasar penulisan media masa dan buku-buku dan
merupakan variasi bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah. Bahasa baku
memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu: 1) fungsi pemersatu, 2) fungsi kekhasan, 3)
fungsi pembawa kewibawaan, dan 4) fungsi sebagai kerangka acuan (Bambang,
1994:386)
Keenam, Bahasa dan Kebudayaan. Salah satu
pertanyaan kebahasaan yang menarik dan mengundang perhatian ahli bahasa adalah:
”Apakah terdapat hubungan anatara kemampuan
penalaran suatu suku bangsa dengan bahasa asli yang dimiliki?”.
Dengan kata lain, ”Apakah
seorang penutur bahasa dari suku bangsa yang memiliki bahasa tertentu memandang
dunia yang sama secara berbeda dengan penutur bahasa dari suku bangsa yang
lain?”.
C. Objek Material dan
Objek Formal Ilmu Pengetahuan
Permasalahan merupakan objek dari ilmu
pengetahuan. Permas]ealahan
apa yang coba dipecahkan atau yang menjadi pokok bahasan, itulah yang disebut
objek. Dalam arti lain, objek dimaknai sebagai sesuatu yang merupakan bahan
dari penelitian atau pembentukan pengetahuan.Setiap ilmu
pengetahuan pasti mempunyai objek. Objek dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu: Objek material dan objek formal.
1. Objek
material
Objek
material
adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu. Menurut Surajiyo dkk. objek material dimaknai dengan
suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek
material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu
disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik yang konkret
maupun yang abstrak, yang materil maupun yang non-materil.
Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan
sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa objek material adalah
sesuatu hal yang dapat dijadikan sasaran pemikiran sesuatu hal yang dipelajari
sehingga objek material dari ilmu sosiolinguistik adalah bahasa.
2.
Objek formal
Objek adalah cara memandang, cara meninjau
yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip
yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan
suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang
lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga
menimbulkan ilmu yang berbeda-beda (Mudhofir Supriyanto, 2005)4. Dengan kata
lain, objek formal adalah objek yang membedakan antara disiplin ilmu yang satu
dengan disiplin ilmu yang lain. Adapun objek formal dari sosiolinguistik adalah
fenomena bahasa yang berkaitan dengan masyarakat penggunaanya.
Dari
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa beberapa disiplin ilmu dapat
memiliki objek material yang sama namun objek formalnya pasti berbeda. Misalnya
antara disiplin ilmu sosiolinguistik, psikoinguistik dan antropologi linguistik
memiliki objek material yang sama yaitu bahasa. Adapun objek formal dari ketiga
disiplin ilmu tersebut berbeda. Sosiolinguistik berfokus pada fenomena bahasa
yang berkaitan dengan masyarakat penggunanya, Psikolinguistik berfokus pada
fenomena bahasa yang berkaitan dengan proses mental seseorang sedangkan
antropologi linguistik berfokus fenomena bahasa yang berkaitan dengan budaya
penggunanya. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut:
Disiplin Ilmu
|
Objek Material
|
Objek Formal
|
Sosiolinguistik
|
Bahasa
|
Fenomena
Bahasa yang berkaitan dengan masyarakat penggunanya
|
Psikolingistik
|
Bahasa
|
Fenomena
bahasa yang berkaitan dengan proses mental penggunannya
|
Antropologi
Linguistik
|
Bahasa
|
Fenomena
bahasa yang berkaitan dengan budaya penggunanya
|
D. Hakikat
Ilmu Sosiolinguistik
Dari
ketiga bahasan diatas yaitu pengetian ilmu sosiolinguistik, dimensi
sosiolinguistik dan juga objek material dan formal sosiolinguistik, maka kita
dapat merumuskan hakikat ilmu sosiolinguistik sebagai berikut:
Ilmu
sosiolinguistik merupakan kajian antar disiplin ilmu yaitu ilmu linguistik dan
ilmu sosiologi. Ilmu linguistik mengakaji tentang bahasa sedangkan ilmu
sosiologi mengkaji tentang masyarakat sehingga ilmu sosiolinguistik adalah ilmu
yang mengkaji bahasa yang berkaitan dengan masyarakat penggunanya.
Simpulan
Dari
uraian diatas dapat ditarik beberapa poin penting sebagai berikut:
1. Sosiolinguistik adalah adalah ilmu yang mempelajari
ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para pengguna bahasa
dengan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.
2. Pokok bahasan dalam ilmu Sosiolinguistik antara
lain (1). Bahasa, Dialek dan Ragam Bahasa, (2). Masyarakat Bahasa, (3).
Bilingualisme dan Multilingualisme, (4). Penggunaan bahasa, (5). Perencanaan
Bahasa, (6). Bahasa dan Budaya.
3. Objek material dari suatu disiplin ilmu bisa sama dengan objek
material disiplin ilmu yang lain, sedangkan Objek
formal dari suatu disiplin ilmu
tidak akan pernah sama karena objek formal inilah yang membedakan suatu
disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya.
4. Dari unsur –
unsur substansial ilmu sosiolinguistik, diantaranya dilihat dari definisi,
pokok bahasan, objek material dan objek formalnya, dapat disimpulkan bahwa hakekat ilmu sosiolinguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa yang
berkaitan dengan masyarakat sebagai penggunanya.
References
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa.
Surabaya: Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka
Cipta.
Chaika, Elaine. 1982. Language The Social Mirror. Rowley
Massachusetts: Newbury House Published.
Fasold, Ralph. 1990. The Sociolinguistics of Language.
Oxford: Basil Blackwell.
Holmes,
Janet. 2001. An Introduction to Sociolinguistic – 2nd
Edition. England: Longman.
Hudson,
R. A. 1980. Sociolinguistics. New
York: Cambridge University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 1985.
“Fungsi bahasa dan sikap bahasa”. Flores: Nusa
Indah.
Mulyono. 2008. Pengantar Filsafat.
Semarang: Fakultas Sastra Undip.
Nababan.
1993. Sosiolinguistik: Satu
Pengantar. Jatakarta: PT Gramedia.
Pariawan I
Wayan. 2008. Sikap Bahasa Dalam Kajian Sosiolinguistik. http://sosiolinguistik. (diakses 16 Oktober 2011).
Stockwell,
Peter. 2002. Sociolinguistics – A
Resource Book for Students. London and New York: Routledge.
Spolsky,
Bernard. 1998. Sociolinguistics.
Oxford: Oxford University Press.
Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumarsono.
2007. Sosiolinguistik.
Yogyakarta: SABDA
Surajiyo,
dkk. 2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
Trudgill,
Peter. 1974. Sociolinguistics: An
Introduction. England: Penguin Books.
Wardaugh,
Ronald. 1992. An Introduction to
Sociolinguistics – 2nd Edition. Oxford and Massachusetts: Blackwell.
http://www.scribd.com/doc/36321509/pengertian-ontologi
Comments
Post a Comment