Linguist Teaching : TEORI TEORI MORFOLOGI
teori teori morfologi mutakhir
a. morfologi struktural
1. prinsip-prinsip umum analisis deskriptif.
menurut E.A Nida (1949: 1-3), analisis deskripti didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:a, analisis deskriptif harus didasarkan pada apa yang dikatakan orang.
prinsip ini mempunyai beberapa implikasi, pertama, prinsip ini berarti bahwa bentuk bahasa yang tertulis adalah sekunder. bagi linguis deskriptif, bahasa lisanlah yang harus didalhulukan dan diutamakan, bukan bahasa tulisa. menurut linguis deskriptif, bahas atulisan hanya merupakan representasi bahasa lisan dengan menggunakan huruf-huruf alfabet. kedua prinsip ini berarti bahwa linguis merekam bentuk-bentuk aktual yang digunakan, dengan kata lain, yang penting bagi linguis apa yang dikatakan orang ketimabanga apa yang dipikirkan harus diakatakan. selain itu, linguis tertarik kepada semua tipe penutur yang meakili kelompok kelompok pendidikan, sosial, ekonomis, dan ras yang berbeda. bagi linguis , dialek apa saja sama baiknya dengan dialek lainya, dan semua ragam bahasa sama "benarnya" dalam hal bahwa ragam-ragam bahasa itu mewakili dialek dari penutur. linguis hanya memerikan bahasa, semua jenis bahasa, dan semua dialek dari bahasa tersebut.b. bentuk adalah primer dan pemakaian sekunder.
linguis deskriptif mulai dari bentuk dan emudian berlih mememerikan posisi-posisi gramatikal di mana bentuk muncul . dalam memerikan kasus dalam bahas yunani , misalnya, linguis mendaftarkan lima himpunan bentuk, kemudian memerikan bagaimana bentuk-bentuk itu di gunakan.c. tidak ada bagian suatu bahassa dapat diperikan secara memadai tanpa rujukan kepada semua bagian lainya.
prinsi iini berarti bahwa fonemik, morfologi dan sintaksis suatu bahasa tidak dapat diperikan tanpa merujuk kepada satu dengan lainya. bahasa bukanlah pengelaompokan berkotak kotak dari struktur-struktur yang relatif terpisah-pisah; bahasa adalah suatu keseluruhan yang mempunyai fungsi, dan bagian-bagian itu hanya dapat di perikan secara penuh dalam hubunganya dengan keseluruhan. bahasa merupakan struktur yang sangat kompleks dan bahasa itu membentuk kerangka referensinya sendiri.d. bahasa-bahasa berada dalam suatu proses perubahan secara terus-menerus
pemerian kita tentang bahas accenderung memberikan kesan bahaswa bahasa itu merupakan struktur yang statis dan tetap. ini adalah sikap dari penutur suatu bahasa, dan kita menyadari bahawa ada (1) fluktuasi bentu, misalnya, roofs vs. rooves, hoofs vs. hooves, priven vs. proved, dan dove vs. dived, dan (2) butir-butir baru kosakata misalnya, video, syclotron, dan commies. kehadiran flutuasi dalam bentuk berarti bahwa struktur tertentu mengalahkan yang lain, karena bentuk-bentuk alternatif tidak pernah berada dalam keseimbangan untuk waktu lama. pemakaian proved dan dived yang semakain populer ketimmbang proven dan dove berarti bahwa pembentukan yang teratur mengatasi pembentukan yang tak teratur. linguis deskriptif tidak berusaha untuk mempertimbangkan kecenderungan suatu bahasa, tetapi apabila ia merekam dalam datanya bahwa ada bentuk-bentuk alternatif dan bahwa hal ini memperlihatkan frekuensi kemunculan tertentu, maka ia menyentuh dinamika perubahan bahasa.kita tidak boleh berfikiran bahawa hanya bahasa tulisan berubah atau sebaliknya, bahasa tulisan berubah lebih kurang dibandingkan dengan bahas lisan. semua bahasa berubah, dan tingakt perubahan itu bervariasi pada waktu yang berbeda-beda pula dalam sejarah suatu bahasa.
2. organisasi morfologi struktural
daftar morfem > pembentukan kata > proses morfologi > kamus.model tersebut terdiri atas empat komponen. yaitu. (1) daftar morfem, (2) pembentukan kata, (3) proses morfonologis, dan (4) kamus
tugas pertama seorang analisis ialah mengidentifikasi semua morfem, baik morfem bebeas maupaun morfem terkiat, dari data yang telah dikumpulkanya. kemudian morfem-morfem tersebut dimasukkan ke dalam daftar morfem sebagai komponen pertama.
komponen kedua adalah pembentukan kata, yang menjelaskan bagaimana morfem-morfem suatu bahass disusun dalam gugus-gugus untuk membentuk kata yang sesungguhnya dalam bahasa itu. jadk, pembentukan kata harus mampu menghasilkan seemuak akata yanbg berterima dalam bahasa itu dan mengeluarkan semua kata yang tidak berterima.
komponen ketiga adalah proses morfonologis, yang merupakan suatau mekanisme mengenai prose-prose morfonologis, yaitu perubahan-perubahan yang terjadia dalam penggabungan morfem, seperti asimialasi, pelesapan, penambahan, penggantian, dam permutasi. tidak semuak kata dapat diturunkan melakui pembentukan kata. proses ini dapat membentuk kata-kata yang secara fonologis, morfologis, sintaksis dan semantis berterima, tetapi tidak pernah muncul dalam pemakaian bahasa.
komponen terakhir adalah kamus, semua kata yang telah melalui komponen ketiga, yaitu proses morfolonologis, membentuk kamus dari bahasa yang bersangkutan.
3.analisis morfologi struktural
a, prinsip-prinsip identifikasi morfem\menurut Nida (1949: 7-67), ada enam prinsip yang dapat digunakan untuk mengidentifiasikan morfem suatu bahasa. keenam prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Prinip 1: bentuk- bentuk yang mempunyai makna yang sama dan bentuk fonemis yang identik dalam semua kemunculanya membentuk satu morfem tunggal.
prinsip 2: bentuk-bentuk yang mempunyai makna yang sama tetapi berbeda dalam bentuk fonemisnya dapt membentuk satu morfem asalkan distribusi pebedaan-perbedaan formal dapt dterangkan secara fonologis.
prinsip3: bentuk-bentu yang mempunyai makna yang sama tetapi berbeda dalam bentuk fonemisnya sedemikian rupa sehingga distribusinya tidak dapat diterngkan, secara fonologis membentuk satu morfem tunggal jika bentuk 0bentk itu berapdda dalam distribusi komplementer, sesuai dengan resitriksi berikut:
a. kemunculan dalam seri struktural yang sama mendahului kemunculan dalam seri struktural yang berbeda dalam penentuan status morfemis.
b. distribusi komplementer dalam seri struktural yang berbeda membentuk basis untuk menggabungkan alomorf-alomorf ke dala satu morfem hanya jika ada morfem muncul dalam seri struktural yang berbeda ini yang termasuk ke dalam kelas distribusi yang sama sebagai seri alomorfis yang bersangkutan dan yang hanya mempunyai satu alomorf atau alomorf yang dapat diterangkan secara fonologis.
c. lingkungan taktis terdekat mendahului lingkungan taktis jauh dalam menentukan status morfemis.
d. kontras dalam lingkungan distribusional yang sama dapat diperlakuan sebagai submorfemis jika perbedaan dalam makna alomorf menggambarkan distribusi bentuk-bentuk ini.
prinsip 4: perbedaan bentuk yang nyata dalam suatu seri struktural membentuk suatu morfem jika dalam suatu anggota seri seperti ini, perbedaan struktural zero merupakan ciri-ciri penting untuk membedakan satuan miniamal dari persamman fonetis-semantiss.
prinsip 5: bentuk-bentuk yang homofon dapat diindentifikasikan sebagai morfem-morfem yang sama atu berbeda atas dasasr persyaratan berikut;:
a bentuk bentuk yang homofon dengan makana yang jelas berbedda membentuk morfem-morfem yang berbeda pula
b bentuk -bentuk yang homofon dengan makna yang berhubungan membentuk satu morfem tungal jika kelas-kelas makna sejalan dengan perbedaan distribusional.
prinsip 6: suatu morfem dapat dipisahkan jika morfem itu muncul dalam kondisi-kondisi berikut:
a. berdiri sendiri.
b. dalam multikombinasi yang sekurang-kurangy satu diantara satuan yang menggabungkan morfem denganya, maka morfem itu akan muncul stersendiri atau dalam kombinasi lain.
c. dalam satu kombinasi tunggal, asalkan unsur yang denganya morfem akan dikiombinasikan muncul tersendiri atau dalam kombinasi lain dengan konstituen nounik.
b. teknik identifikasi morfem.
menurut Bickford dkk. (1991:2-3), pada dasrnya ada dua teknik dapat digunakan untuk mengidentifikasikan morfem-morfem suatu bahasa. kedua teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1. menemukan bagian-bagian yang berulang dengan makna tetap.
2. menemukan kontras dalam suatu kerangka
untuk menerapkan teknik pertama, perhatikan data berikut dari bahsa Choapan Zapotec (suatu bahasa yang digunakan di Mexico):
rao zua yeta 'john makan kue jagung'
rao lipi za 'philemon makan kacang'
rao maka bela 'macaria makan ikan'
re'en zua za 'john ingin kacang'
re'en lipi bela 'philemon ingin ikan'
re'en maka yeta 'macaraia ingin kue jagung'
dalam data tersebut, kita lihat bahwa "rao" berulang beberapa kali dan bersesuaian dengan kata kmakan dalam bahasa indonesia: jadi "rao" mungkin berarti "makan". Demikian pula "re'en" muncul beberapa kali dan bersesuaian dengan kata ingin dalam bahas aindonesia. sehingga "re'en" mungkin berarti ingin. dengan cara yang sama. kita dapat mengidentifikasikan makna dari semua kata yang lain.
apa yang telah dilakkukan ialah membentuk suatu hipotesis tentang makna steiap kata, dan kemudian mengecek atu menguji hipotesis tersebut terhada semua data. apabila kita membuat suatu hipotesisi maka perlu mengeceksnya atay mengujinya terhadap data tambahan untuk membenarkan atau menolaknya. kita harus tetap terbuka terhadap kemunkinan bahawa kita mungkin menemukan bukti kemudian yang akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau merumuskan kembali hipotesis secara keseluruhan.
untuk menerapkan teknik kedua, yaitu menemukan kontras dalam suatu kerangka, perhatika data berikut dari bahasa Choapan Zapotec:
raowa' ' saya makan'
raolo' 'engkau (tunggal) makan'
raobi' 'ia (laki/ permpuan) makan'
raoba' 'ia (binatang) makan'
waowa' 'saya akan makan'
waolo' 'engkau (tungal) makan'
waobi' 'ia (laki/perempuan) makan'
waoba "ia ( bainatang) makan"
apa bila kita membandingkan keempat bentuk yang pertama, kita lihat bahwa-wa 'jelas berarti ' saya' -lo' berati 'engkau (tunggal)',-bi berarti 'ia (laki/ perempuan)', dan -ba "berati 'ia (binatang)'.
dengan membandingkan "raowa" dnegna "waowa", "raolo" dengan "waolo", dan sebagainya, kita lihat bahwa r- dan w- juga berkontras suatu hipotesis yang dapat diterima menyangkut maknanya ialah bahwa r- berarti "present tense". dan w- berati "future tense". namun hal ini bararti bahwa salah satu hipotesisi kita yang tersdahulu memerlukan revisi. padahal sebelumnya kita membuat hipotesisi bahwa rao adalah mengandung dua morfem. yaitu r- "present" dan ao "makan". dengan cara yang sama, kita dapat mengasumsikan bahwa re'en juga terddiri atas dua morfem, yaitu r- dan e'en "ingin".
serang kita dapat mendaftarkan semua morfem dalam data sebagai berikut:
ao "makan zua "john za "kacang
e'en "ingin lipi "philemon bela "ikan
maka "yeta yeta "kue jagung
r- "persent tense;
w- "future tense
-wan "oranbg pertama tunggal"
-lo "orang kedua tunggal
-bi "orang ketiga tunggal
-ba "kata ganti ketiga tunggal untkk binaatng'
c.pembentukan kata
1. derivasikata-lata baru dalam bahasa tertentu dapat dibentuk melalui proses derivasi, yaitu pembentukan kata-kata baru dengan menambahkan afiks kepada kata pangkal, yatu dapat berupa akar kata (root, stem, atau basisi. afiks ada tiga macam, ayaitu, (1) prefiks, 2(2) suffiks, dan (3) infiks. proses pembentuk kata dengan menambahak afiks kepada kata pangkal disebut afikasasi yang mencakup prefiksasi, yaitu proses pembentukan kata dengan menanbhahkan prefiks kepada kata pangkal, sufiksasi. yaitu proses pembentukan kata dengan menambahakan sufiks kepada kata pangkal, dan ifikasasi. yaitu proses pembentukan kata dengan menambahkan infiks kepada kata pangkal diantara ketiga proses pembentukan kata ini , infiksasi merupakan proses yang paling tidak produktif. tidak semua bahasa mempunayi infiks. walaupun ada bahasa ung mempunyai iniks, namun jumlah dan frekuensinya sangat terbatas dibanding dengan prefiks dan sufiks.
2. pemajemukan
pemajemukan adalah suatu proses pembentukan kata-kata baru dengan menggabungkan dua kata atu lebih. menurut Bauer (1983:201) cara yang biasa digunakan untuk mengkalsifikasikan kata majemuk ialah berdasarkan fungsi yang dimainkanya dalam kalimat sebagai nomina, verba, adjektiva, dan sebagainya. jadi, kata majemuk dapat diklasifikassikan ked alam nomina majemuk, verba majemuk, adjektiva majemuk, dan adverbia majemuk sesuai dengan fungsinya dalam kalimat, walaupun salah satu unsur pemandunya dari keategori leksikal lain. nomina majemuk, misalnya , yangterdiri atas nomina seebagai unsur utama dan verba atu adjektiva sebagai unsur lainya, berfungsi sebagai nomina dalam kalimat. demikian pula verba majemuk, adjektiva majemuk, dan adverbia majemuk
3. proses morfonologis
dalam pembentuk an kata baru, baik melalui derivasi maupun pemajemukan, mungkin saja terjadi perubahan suatu fonem dsebagai akibat penggabungan afiks dengan kata pangka atau penggabungan dua kata atu lebih. perubahan fonem inilah yang disebut proses mofonologis.d. prosedur analisis.
menurut nida (1949:192-221), langkah-langkah dalam prosedur analisis terdiri atas dua bagian, yaitu (l) observasi awal dan (2) pengertuan data.
1. observasi awal
anaisis morfologis mengahsilkan tiga tipe utama dari observasi awal, yaitu (1) observasi fonetis, (2) observasi identifikasional dan (3) observasi distribusional hal hal yang perlu dilakukan dalam observasi fonetis adalah sebagai berikut:
a. kenyenyapan diantara satuan-satuan intonasional. kesenyapan intonasional biasanya terjadi diantara konstruksi-konstruksi morfologis danoleh karena itu kesenyapan ini memberikan isyarat penting bagi batas-batas dari konstruksi-konstruksi demikian.
b. distribusi alofon. kontras-kontra tertentu dari distribusi alofonis memberikan syarat yang berharga bagi satuan-sastuan kata.
c. distribusi gugus-gugus ruas. distribusi gugus-gugus ruas tertentu sering ditemukan bertepatan dengan kemunculan satuan-satuan mirfologis tertentu, misalnya: morfem, kata majemuk, dan kata.
d. jeddah fonemis. jedah ini didasarkan pada ciri-ciri fonetis yang dapat dimasukkan ke dalam tipe-tipe data fonetis terdahulu.
e. posisi tekanan.
f gugus gugus fonologis
untuk observasi identifikasional, ada dua teknik utama, yaitu (1) membandingkan bentuk-bentuk yang serupa secara parsial untuk persamaan semantis, dan (2) membandingkan bentuk -bentuk yang serupa secara parsial untuk menentukan apakah bagian yang berkontras secara formal menunjukkan perbedaan sematis.
untuk observasi distribusional , hal -hal yang perlu diperhatikan adlah sebagai berikut:
a. kelas-kelas morfem
b urutan dari kelas-kelas morfem
c. kombinasi-kombinasi morfem yang berulang
d. tingakt perubahan alomorofis.
e.kemungkinan pemisahan satuan-satuan
f. gugus gugus morfem
Comments
Post a Comment